Jumat, 24 Desember 2010

BBM Bersubsidi
Pembatasan BBM Matikan Usaha Perikanan?
Jumat, 24 Desember 2010 | 17:06 WIB
Kompas.com/Zulkifli BJ
Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (GAPPINDO), Herwindo mengatakan, kebijakan pembatasan BBM bersubsidi yang dilaksanakan bertahap pada 2011 berpotensi mematikan sejumlah usaha perikanan tuna.

"Kalau peraturan itu keluar, sama saja dengan pemerintah membunuh usaha penangkapan ikan tuna," kata Herwindo seperti dikutip Antara di Jakarta, Jumat (24/12/2010).

Menurut dia, kebijakan pembatasan BBM subsidi akan sangat berdampak terutama pada kapal yang memiliki bobot di atas 30 GT. Sedangkan yang paling terkena dampak adalah kapal-kapal tuna milik perusahaan perikanan tangkap asal Indonesia yang harus beroperasi hingga sejauh di kawasan perairan Samudera Hindia dan Pasifik. "Biasanya mereka (pengelola kapal) bisa beli tiga bulan sekaligus (dengan memakai) BBM subsidi," kata Herwindo.

Dengan demikian, peraturan pembatasan BBM bersubsidi berpotensi mematikan usaha penangkapan tuna dan sejumlah usaha perikanan lainnya.

Pemerintah dan DPR pada 14 Desember 2010 menyepakati pemberlakuan pengaturan BBM bersubsidi secara bertahap mulai Maret 2011 untuk jenis premium di wilayah Jabodetabek.

Dengan kesepakatan tersebut, maka mulai Maret 2011, seluruh mobil pribadi tidak boleh memakai premium bersubsidi, tapi mesti nonsubsidi seperti pertamax.

Namun, pengaturan itu akan diberlakukan setelah pemerintah menyerahkan kajian komprehensif akhir Januari 2011 untuk disetujui Komisi VII DPR.

ANTSumber
Kereta Sinterklas Ditarik Lumba-lumba
Jumat, 24 Desember 2010 | 17:39 WIB
KOMPAS IMAGES/NI LUH MADE PERTIWI F
Kereta Sinterklas ditarik oleh Lumba-lumba di Ocean Dream Samudera Ancol, Kamis (23/12/2010).

SIAPA bilang kereta kencana Sinterklas hanya bisa mengandalkan rusa-rusa kutub. Ada loh kereta kencana Sinterklas yang ditarik lumba-lumba. Tak percaya? Mampir saja ke Ocean Dream Samudera, Ancol, Jakarta Utara. Mungkin Anda bertanya-tanya apakah itu Ocean Dream Samudera? Nah, tentu Anda kenal dengan Gelanggang Samudera yang terletak di kawasan Ancol Taman Impian. Kini, Gelanggang Samudera telah berganti nama menjadi Ocean Dream Samudera.

Sebagian besar pengunjung yang ke Ocean Dream Samudera memang biasanya pasti mencari Pentas Lumba-lumba.
-- Rofik Anwar

Ocean Dream Samudera (ODS) memang memiliki beragam atraksi hewan. Liburan sekolah kali ini tak ada salahnya Anda membawa si kecil ke ODS. Karena konsep tempat wisata tersebut adalah edutainment. Anak Anda pun bisa bermain dan tanpa disadari ia juga sambil belajar mengenal kehidupan hewan. Salah satu atraksi hewan di tempat ini adalah pentas lumba-lumba yang menjadi favorit pengunjung ODS. Sesuai dengan nuansa perayaan Natal, panggung pentas lumba-lumba pun disulap dengan berbagai ornamen Natal. Tak ketinggalan para pelatih satwa laut yang pentas pun menggunakan konstum Sinterklas. Penonton yang dominan anak-anak berteriak girang sambil memanggil-manggil lumba-lumba.

Namun, para penonton harus bersabar melihat aksi lumba-lumba. Karena singa laut siap menghibur pertama kali. Kedua singa laut dengan sigap mengikuti instruksi Sinterklas. Tak hanya pintar bertepuk tangan sampai memberi hormat kepada penonton, singa laut ternyata pintar berjoget. Anak-anak pun tertawa girang saat melihat singa laut berjoget bersama Sinterklas. Tawa makin ramai saat singa laut dan Sinterklas saling berpelukan serta berciuman. Puncaknya saat singa laut mulai unjuk kebolehan berhitung. Anak-anak ikut membantu menyebutkan hasil pengurangan dan perkalian yang diperoleh si singa laut.

Panggung lumba-lumba makin memanas saat satwa laut yang dinantikan akhirnya muncul juga. Sang primadona pun muncul sambil berenang gesit dan berlompatan di udara. Lumba-lumba memang menjadi hewan favorit anak-anak di ODS. Manager Operasional Ocean Dream Samudera Rofik Anwar menuturkan lumba-lumba adalah daya tarik pengunjung ODS.

"Sebagian besar pengunjung yang ke Ocean Dream Samudera memang biasanya pasti mencari Pentas Lumba-lumba," jelasnya. Roy, orang tua yang sedang menemani anaknya menonton pentas lumba-lumba mengatakan hal yang senada.

"Anak saya minta pergi ke Ancol mau lihat lumba-lumba katanya," cerita Roy.

Tak pelak, saat lima ekor lumba-lumba muncul dan bercanda dengan Sinterklas, sorakan penonton membahana di pentas lumba-lumba. Selain penonton merasa terhibur, anak-anak pun bisa sambil belajar mengenai satwa laut karena pembawa acara tak bosan-bosan menjelaskan karakteristik setiap hewan yang tampil. Tahukah Anda bahwa lumba-lumba jangan disebut sebagai "ikan lumba-lumba". Karena satwa ini bukanlah ikan melainkan mamalia.

Direktur Rekreasi PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Winarto menjelaskan bahwa ODS memiliki sekitar 19 lumba-lumba. Lumba-lumba ini tidak semuanya hasil peranakan di ODS tetapi ada pula lumba-lumba terdampar yang berhasil diselamatkan pihaknya.

Jangan lupa membawa anak Anda ke kolam Explore Dolphin. Ada dokter hewan dan petugas perawat lumba-lumba yang akan menjelaskan lumba-lumba. Selain itu, pengunjung dapat berinterasi langsung dengan lumba-lumba. Lumba-lumba ini sangat unik dan ternyata moody seperti layaknya manusia. Ia tidak mau diperiksa dokter apabila suasana hatinya tidak enak.

Pentas lumba-lumba kembali riuh saat Sinterklas naik kereta kencana dan berkeliling kolam pentas. Kereta Sinterklas tersebut ternyata ditarik oleh lumba-lumba. Pentas belum usai walaupun lumba-lumba telah selesai berakrobat. Selanjutnya adalah penampilan beluga si paus putih asal Rusia. Manager Operasional Ocean Dream Samudera Rofik Anwar menceritakan bahwa paus beluga hanya bisa hidup di air dingin. Karena itu air di kolam ODS pun sudah disesuaikan dengan kebutuhan beluga.

Ada dua beluga yang tampil dan berinteraksi dengan Sinterklas. Mereka pun ternyata pandai bernyanyi, loh. Di penghujung acara, salah satu beluga merengek pada pelatih. Ia ternyata ingin mencium penonton. Para penonton pun spontan tunjuk tangan berharap dapat dicium beluga. Bagaimana rasanya dicium paus putih? Ternyata rasanya seperti dicium orang saja. Penonton yang beruntung bisa dicium beluga juga bisa mengelus-elusnya. Kulitnya terasa licin namun kenyal, seperti sedang menyentuh kulit seorang nenek yang lembut.

Belum puas hanya menyaksikan pentas lumba-lumba? Anda bisa menonton pertunjukan burung dan beruang madu di Pentas Aneka Satwa. Di ODS ada pula akuarium yang menampilkan aneka satwa laut. Salah satu tempat yang ramai dipadati pengunjung adalah kolam kuda nil. Mampir juga ke Rumah Pintar yang memiliki koleksi buku dan materi pelajaran mengenai ekosistem dan satwa laut. Rumah Pintar ini ibarat laboratorium kecil. Anak Anda tidak akan merasa bosan karena semua materi diberikan dengan konsep menyenangkan. Rumah Pintar ini hasil kerja sama Ancol dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu.

Daya tarik dari ODS lainnya adalah pertunjukan film 4 dimensi. Ada tiga film anak-anak yang diputar yaitu Dora & Diego New Adventure, Turtle Vision, dan Pirates Return. Dora & Diego New Adventure merupakan film terbaru yang mulai tayang di akhir Desember 2010. Film ini adalah hasil kerja sama Nickelodeon dan I-Works, Amerika Serikat. Film ini hanya berdurasi 9 menit dan sangat cocok ditonton anak-anak usia 10 tahun ke bawah. Jika Anda merasa durasinya pendek, tempatkan diri Anda sebagai anak-anak usia tersebut. Durasi 9 menit akan terasa pas bagi mereka, tak terlalu lama dan tak terlalu cepat.

Dora dan Diego memang tokoh yang sudah terkenal di kalangan anak-anak. Serial televisi tersebut tak hanya sekadar menghibur tapi juga mengajak anak belajar dengan cara yang menyenangkan. Kali ini Dora dan Diego mengajak anak-anak untuk mengembalikan habitat para satwa hutan akibat ulah Swiper, si rubah pencuri. Berbeda dengan efek 3 dimensi yang membuat tayangan seolah hidup. Dengan bantuan kacamata khusus, film 4 dimensi membuat Anda merasa gambar benar-benar ada di depan mata dan serasa bisa digapai.

Apalagi saat menonton, kursi ikut bergerak-gerak sesuai gerakan kamera. Jangan terkaget saat Anda tiba-tiba merasakan air muncrat dan semilir angin. Efek-efek ini membuat Anda seolah-olah sedang bersama Dora dan Diego menjelajahi hutan.

Pentas seru lainnya adalah aksi bajak laut di "Scorption Pirates Live Show". Aktraksi yang penuh dengan permainan api, air, dan efek ledakan tersebut dibawakan oleh stuntman lokal. Walaupun Anda dan si kecil harus berkeliling memutari ODS yang luas, Anda tidak akan merasa kepanasan. Karena ODS penuh dengan pohon rindang. "ODS paling rimbun dan hijau di Ancol," jelas Winarto.

Jika Anda berminat ke ODS, datanglah pagi-pagi karena perlu seharian untuk menjelajahi dan menikmati setiap wahana yang ada di ODS.

Kamis, 23 Desember 2010

Sebelum ke Malaysia, Timnas Ditunggu Istighosah

Jakarta - Sebuah acara istighosah akbar dihelat untuk mendoakan timnas Indonesia yang akan terlibat partai final leg I Piala AFF 2010.

Firman Utina cs akan bertolak ke Malaysia, Jumat (23/12/2010), sebelum akhirnya menghadapi timnas negara tersebut di Stadion Bukit Jalil, Minggu (26/12/2010).

Sebelum itu, timnas lebih dulu menyambangi pesantren Assidiqiyah yang terletak di Kedoya, Jakarta Barat, di mana sebuah acara istighosah akbar dihelat untuk mendoakan 'Pasukan Garuda'.

Di pesantren pimpinan KH Nur Muhammad Iskandar SQ tersebut, para santri sudah berkumpul dan siap menyambut timnas. Di panggung, spanduk penyambutan menuliskan kata-kata sambutan kepada timnas dan juga Ketua Umum PSSI Nurdin Halid.

"Santri seluruh Indonesia ikut mendukung perjuanganmu. Kita pasti menang," tulis sebuah spanduk di dekat kumpulan para santri.

Sebelumnya, Pelatih timnas Alfred Riedl malah memaparkan kalau sore ini agenda timnas adalah beberapa persiapan terakhir sebelum penerbangan.

"Sore kami akan Jacuzzi, berenang, relaxing dan melakukan beberapa persiapan untuk penerbangan besok," tutur Riedl di kawasan Senayan, Kamis (23/12/2010) siang.

Sampai dengan pukul 17.13 WIB, timnas belum sampai ke lokasi istighosah tersebut.
( krs / a2s )

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com

Asal Usul Majalengka

Asal Usul Majalengka

SEPINTAS KILAS SEJARAH MAJALENGKA

Zaman Hindu

Kerajaan Hindu di Talaga

Pemerintahan Batara Gunung Picung

Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, beliau adalah putra V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka.

Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agama yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu. Pada pemerintahannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang kurang lebih 25 Km tepatnya Talaga – Salawangi di daerah Cakrabuana.
Bidang pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing. Tampuk Singgasana pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu.

Raja berputra 6 orang yaitu: Sunan Cungkilak, Sunan Benda, Sunan Gombang, Ratu Panggongsong, Ramahiyang, Prabu Darma Suci, Ratu Mayang Karuna. Akhir pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Darma Suci.

Pemerintahan Prabu Darma Suci

Disebut juga Pandita Prabu Darma Suci. Dalam pemerintahan Raja ini agama Hindu berkembang dengan pesat (abad ke-XIII Masehi), nama beliau dikenal di Kerajaan Pajajaran, Jawa Tengah, Jayakarta sampai di daerah Sumatera. Dalam seni pantun banyak diceritakan tentang kunjungan tamu-tamu tersebut dari kerajaan tetangga ke Talaga, apakah kunjungan tamu-tamu merupakan hubungan keluarga saja, tidak banyak diketahui.

Peninggalan yang masih ada dari kerajaan ini antara lain Benda Perunggu, Gong, Harnas atau Baju Besi. Akhirnya abad XIIIX Masehi wafat, dengan meninggalkan 2 orang putera yakni : Begawan Garasiang, Sunan Talaga Manggung.

Pemerintahan Begawan Garasiang

Tahta pemerintahan untuk sementara dipangkunya; Bagawan Garasiang sangat mementingkan kehidupan kepercayaan. Tak lama kemudian tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya Sunan Talaga Manggung. Hal yang lain tidak banyak diketahui oleh orang akan cerita Raja ini, yang penting beliau pindah dari Talaga ke daerah Cihaur Maja.

Pemerintahan Talaga Manggung

Sebagai raja yang terkenal sampai sekarang, karena sebagai raja yang adil lagipula bijaksana. Perhatian tentang agama Hindu sendiri. Pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat benar-benar diperhatikan. Hubungan dengan Kerajaan sekitarnya maupun yang jauh baik sekali seperti misalnya dengan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Cirebon, maupun kerajaan Sriwijaya.

Beliau berputra dua orang yaitu: Raden Panglurah, Ratu Simbarkencana. Raja wafat, akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak seberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Pelembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk kode sewaktu tidur.

Dengan meninggalnya palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden Kusumalaya Ajar Kutamanggu, dianugrahi 8 orang putera, diantaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung.

Pemerintahan Ratu Simbarkencana

Sekitar awal abad XIV Masehi, dalam tampuk pemerintahannya Agama Islam menyebar ke daerah-daerah kekuasannya dibawa oleh para Santri dari Cirebon. Juga diketahui tahta pemerintahan waktu itu dipindahkan ke sebelah utara Talaga bernama Walangsuji dekat Kampung Buniasih. Ratu Simbarkencana setelah wafat digantikan puteranya Sunan Parung.

Pemerintahan Sunan Parung

Pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya beberapa tahun saja. Hal yang penting dalam tahta pemerintahan, sudah adanya Perwakilan Pemerintahan yang disebut Dalem, antara lain ditempatkan di daerah Kulur, Sindangkasih, Jerokaso Maja. Sunan Parung mempunyai puteri tunggal bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung.

Pemerintahan Ratu Sunyalarang

Sebagai putera tunggal, naik tahta menggantikan ayahanda dan beliau menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi bernama Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal sebagai Prabu Pucuk Umum. Waktu pemerintahannya Agama Islam berkembang sudah, banyak pemeluknya yang mana akhirnya baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk Umum memeluk Agama Islam. Agama Islam berpengaruh besar ke daerah-daerah kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan Majalengka.

Prabu Pucuk Umum adalah Raja Talaga ke-2 yang memeluk Agama Islam. Hubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali. Sebagai diketahui adanya masih turunan putera Prabu Siliwangi karena ayah Prabu Pucuk Umum, Raden Munding Sari Ageng itu putera dari Prabu Siliwangi menikah dengan putera Batara Gunung Picung. Jadi pernikahan Prabu Pucuk Umum dengan Sunyalarang merupakan perkawinan keluarga dalam derajat ke-IV.

Hal yang penting dalam pemerintahannya, Talaga menjadi pusat perdagangan di sebelah selatan.

Pemerintahan Rangga Mantri Atau Prabu Pucuk Umum

Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung lahir 6 orang putera: Prabu Haurkuning, Sunan Wanaperih, Dalem Lumaju Agung, Dalem Panuntun, Dalem Panaekan.
Akir abad XV Masehi, Majalengka telah berpenduduk Islam. Beliau sebelum wafat telah menunjuk putra-putranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasannya seperti halnya: Sunan Wanaperih untuk memegang tampuk di Walangsuji, Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja, Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putra pertamanya ialah Prabu Haurkuning di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak dari keturunan beliau banyak menjabat sebagai Bupati.

Sedangkan Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, Sukamenek, Nunuk Cibodas dan Kulur, Makamnya Prabu Pucuk Umum dekat Situ Sangiang Talaga.

Pemerintahan Sunan Wanaperih

Terkenal Sunan Wanaperih, di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah beragama Islam.

Berputera 6 orang: Dalem Cager, Dalem Kulanata, Apun Surawijaya atau Sunan Kidul, Ratu Radeya, Ratu Putri, Dalem Wangsa Goparana. Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan putera Syech Abu Muchyi dari Pamijahan bernama Sayid Ibrahim Cipager. Dalem Wangsa Goparna pindah ke Sagalaherang Cianjur, kelak keturunan beliau ada yang menjabat Bupati seperti Bupati Wiratanudatar I Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi beliau diganti oleh putranya Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan nama Pangeran Surawijaya nikah dengan puteri Cirebon bernama Ratu Raja Kertaningrat.

Pengeran Surawijaya dianugrahi 6 orang anak yaitu: Dipati Suwarga-Mangunjaya, Jaya Wirya, Dipati Kusumayuda, Mangun Nagara, Ratu Tilarnagara. Ratu Tilarnagara nikah dengan Bupati Panjalu bernama Pangeran Arya Sacanata yang masih keturunan Prabu Haur Kuning.
Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Surawarga nikah dengan Puteri Nunuk berputra 2 orang: Pangeran Dipati Wiranata, Pangeran Secadilaga atau Pangeran Raji. Pangeran Surawijaya wafat digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh putranya Pangeran Secanata. Eyang Ragasari yang nikah dengan Ratu Cirebon pengganti Pangeran Secanata. Aria Secanata memerintah kira-kira 1692; Pengaruh V.O.C sudah terasa sekali. Hingga pada tahun-tahun tersebut pemerintah di Talaga diharuskan pindah oleh V.O.C ke Majalengka. Akan hal ini terjadi penolakan maka terjadilah perlawanan rakyat Talaga Kompeni. Peninggalan masa tersebut masih terdapat, di musim Talaga berupa pistol, meriam dari masa kompeni.

Kerajaan Hindu Terakhir di Majalengka

Sekitar tahun 1480 (pertengahan abad XV) Masehi di Desa Sindangkasih 3 Km dari kota Majalengka ke selatan, bersemayam Ratu bernama Nyi Rambut Kasih keturunan Prabu Siliwangi, yang masih teguh memeluk Agama Hindu.

Ratu masih bersaudara dengan Rarasantang, Kiansantang dan Walangsungsang, kesemuanya telah masuk agama Islam. Adanya ratu di daerah Majalengka adalah bermula untuk menemui saudaranya di daerah Talaga bernama Raden Munding Sariageng suami dari Ratu Mayang Karuna yang waktu itu memerintah di Talaga. Di perbatasan Majalengka – Talaga, ratu mendengar bahwa daerah tersebut sudah masuk Islam. Sehingga mengurungkan maksudnya dan menetaplah Ratu tersebut di Sindangkasih, dengan daerahnya meliputi Sindangkasih, Kulur, Kawunghilir, Cieurih, Cicenang, Cigasong, Babakanjawa, Munjul dan Cijati.

Pemerintahannya sangat baik, terutama masalah Pertanian diperhatikannya juga Pengairan dari Beledug-Cicuruj-Munjul dibuatnya secara teratur. Kira-kira tahun 1485 putera Raden Rangga Mantri yang bernama Dalem Panungtung diperintahkan menjadi Dalem di Majalengka, yang mana membawa akibat pemerintahan Nyi Rambut Kasih terjepit oleh pengaruh Agama Islam.
Kemudian lagi pada tahun 1489 utusan Cirebon, Pangeran Muhammad dan isterinya Siti Armilah atau Gedeng Badori diperintahkan untuk mendatangi Nyi Rambut kasih dengan maksud agar Ratu maupun Kerajaan Sindangkasih masuk Islam dan Kerajaan Sindangkasih masuk kawasan ke Sultanan Cirebon. Nyi Rambut Kasih menolak, timbul pertempuran antara pasukan Sindangkasih dengan pasukan Kesultanan Cirebon. Kerajaan Sindangkasih menyerah dan masuk Islam sedangkan Nyi Rambut kasih tetap memeluk agama Hindu. Mulai saat inilah ada Candra Sangkala Sindangkasih Sugih Mukti tahun 1490.

Abad XVI Agama Islam Masuk Daerah Majalengka

Daerah-daerah yang masuk Daerah Kesultanan Cirebon, dan telah semuanya memeluk Agama Islam ialah Pemerintah Talaga, Maja, Majalengka. Penyebaran agama Islam di daerah Majalengka terutama didahului dengan masuknya para Bupati kepada agama itu. Kemudian dibantu oleh penyebar-penyebar lain antaranya: Dalem Sukahurang atau Syech Abdul Jalil dan Dalem Penuntun Semua di Maja. Pangeran Suwarga di Talaga yang lainnya Pangeran Muhammad, Siti Armilah, Nyai Mas Lintangsari, Wiranggalaksana, Salamuddin, Putera Eyang Tirta, Nursalim, RH Brawinata, Ibrahim, Pangeran Karawelang, Pangeran Jakarta, Sunan Rachmat di Bantarujeg dan masih banyak lagi.

Tahun 1650 Majalengka masuk pengaruh Mataram karena Cirebon telah menjadi kekuasaan Mataram. Waktu itu Cirebon dipegang oleh Panembahan Ratu II atau Sunan Girilaya.

Pengaruh Sultan Agung Mataram Abad XVII

Tahun 1628 Tumenggung Bahureksa diperintahkan oleh Sultan Agung untuk menyerang Batavia. Dengan bantuan pasukan-pasukan dari daerah-daerah manapun masalah logistiknya, juga pendirian logi-logi banyak didirikan di Jatiwangi, Jatitujuh dan Ligung.

Besar pengaruhnya Mataram terhadap daerah Majalengka, dimana pula banyak orang Mataram yang tidak sempat lagi ke asalnya, dan akhirnya menetap di Majalengka.

Abad ke-XVII merupakan juga bagian dari pada peristiwa pertempuran Rangga Gempol yang berusaha membendung pasukan Mataram ke wilayah Priangan. Hal ini perlu diketahui bahwa wilayah Priangan akan diserahkan kepada V.O.C. (tahun 1677). Pasukan Rangga Gempol mundur ke Indramayu dan Majalengka. Hubungan sejarah Sumedang yang menyatakan bahwa Geusan Ulun merupakan penurun para Bupati Sumedang. Majalengka waktu itu masuk kekuasaan Sunan Girilaya, katanya menyerahkan daerah Majalengka kepada Sunan tersebut sebagai pengganti Putri Harisbaya yang dibawa lari dari Keraton Cirebon ke Sumedang. Tahun 1684 Cirebon diserahkan Mataram kepada V.O.C. maka otomatis Majalengka masuk Daerah V.O.C.

Masa Penjajahan Belanda dan Penghapusan Kekuasaan Bupati Abad XVIII

Tahun 1705, seluruh Jawa Barat masuk kekuasaan Hindia Belanda, pada tahun 1706 pemerintah kolonial menetapkan Pangeran Aria Cirebon sebagai Gubernur untuk seluruh Priangan. Olehnya para Bupati diberikan wewenang untuk mengambil pajak dari rakyat, termasuk Majalengka bagi kepentingan upeti kepada pemerintah Belanda. Paksaan penanaman kopi di daerah Maja, Rajagaluh, Lemahsugih berakibat banyak rakyat jatuh kelaparan.

Majalengka pada Abad XIX

Tidak saja tanam paksa kopi, Pemerintah Hindia Belanda pun memaksa rakyat untuk menanam lada, tebu dan lain-lain tanaman yang laku di pasaran Eropa untuk pemerintah Kolonial tersebut. Berakibat fatal bertambah berat beban rakyat, sengsara maupun kelaparan terjadi dimana-mana.

Tahun 1805 pemberontakan Bagus Rangin dari Bantarjati menentang Belanda, pertempuran pecah dengan sengitnya di daerah Pangumbahan. Kekuatan 10.000 orang dan terpaksa mengakui keunggulan Belanda.±Bagus Rangin 12 Juli 1812 sebagai Pahlawan Bagus Rangin menerima hukuman penggal kepala di Kali Cimanuk dekat Karangsambung. Waktu itu Gubernur Hindia Belanda Henrck Wiesel (tahun 1804-1808) kemudian dilanjutkan Herman Willem Daendels (tahun 1808-1811) dan tahun 1811-1816 kemudian Thomas ST, Raffles.

Pemerintah Baru di Majalengka

Dengan bisluit Gubernur Jendral tanggal 5 Januari tahun 1819 berdirilah Keresidenan Cirebon dengan Kabupaten Cirebon, Raja Cola, Bangawan Wetan, Maja dan Kuningan. Selanjutnya Kabupaten Maja atau Kabupaten Sindangkasih menjadi Kabupaten Majalengka.
Kabupaten Majalengka sejak tahun 1819 sampai sekarang (tahun 2002) telah mengalami 22 kali masa pemerintahan yang dipimpin oleh Bupati/Kepala Daerah.

RIWAYAT MAJALENGKA SEPANJANG CERITERA

Di bawah ini diutarakan secara singkat beberapa ceritera tentang riwayat asal mula terjadinya “Majalengka”, pendirinya, serta makna atau kata “Majalengka” itu sendiri.
Arti kata dari sesuatu nama tempat atau orang, bagi orang barat adalah dipandang tidak penting. Meraka lazim mengatakan “What is an name”. Tetapi orang timur nama bukan sekedar nama. Nama dipandang memiliki arti, dasar dan tujuan tertentu.
Bung Karno Presiden Republik Indonesia pernah mengatakan: “In a name is everythings” dalam warna bersemayam aneka warna dan benda. Demikian pula “Majalengka” sebagai suatu nama dari suatu Daerah, sesuatu tempat, atau sesuatu kota. Nenek moyang atau para leluhur tidak akan demikian saja memberi nama tanpa dasar yang mendalam dan tanpa tujuan tertentu yang luhur bagi kelanjutan keturunannya.
Bagi orang timur tentang nama mempunyai “Latar Belakang” yang khas demikian pula dengan “Majalengka” itu.

POHON “MAJA” JADI “LANTARAN”
Alkisah diceritakan, bahwa kira-kira pada abad ke 15 Masehi berdirilah suatu kerajaan Hindu yang disebut SINDANGKASIH (kini hanya sebuah desa terlatak di sebelah tenggara ibu kota Majalengka jarak 3 Km di luar kota).
Kerajaan itu diperintah oleh seorang ratu cantik molek dan sangat sakti serta fanatik terhadap agama yang dipeluknya. Dari mana asalnya ratu itu tidak diceritakan. Namanya ialah RATU NYI RAMBUTKASIH (setegah orang mengatakan NYI AMBET KASIH). Berkat pemimpin ratu yang bijaksana dan sakti itu, maka kerajaan Sindangkasih menjadi suatu daerah yang aman-makmur, gemah-ripah loh-jinawi, tata-tentrem kertaraharja.
Rakyatnya hidup tentram damai dan aman sentosa, “rea ketan rea keton”. Demikian sejahtera dan bahagianya sehingga Sidangkasih dapat gelar Sugih Mukti yang berarti “karya serta Bahagia”.
Pengidupan rakyatnya sendiri dari bercocok tanam, terutama padi, sedang pakaiannya menenun sendiri dari hasil kapas tanamannya. Di lembah-lembah sungai subur ditanami tebu yang dibuat gula merah disamping gula dari pohon aren. Sebagian daerahnya terdiri dari hutan rimba yang membujur ke arah utara dan selatan. Konon kabarnya dalam hutan itu bukan pohon kayu jati yang banyak, akan tetapi penuh dengan pohon maja. Batangnya lurus-lurus dan tinggi-tinggi, tetapi daunnya kecil-kecil dan pahit mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit demam. Buahnya mirip buah “Kawista”, tetapi kulitnya agak lunak, isinya kalu serasa dengan ubi jalar jenis “nikrum” yang dibakar (“dibubuy” Sunda).
Sementara itu antara 1552 – 1570 Cirebon telah diperintah oleh seorang Guru Besar Islam yaitu wali bernama SYARIF HIDAYATULLAH atau SUNAN GUNUNG JATI. Konon Cirebon pernah terserang penyakit demam yang sangat hebat dan banyak korban. Sunan Gunung Jati karena seorang Wali yang agung selalu waspada, telah mengutus puteranya yang bernama PANGERAN MUHAMMAD untuk pergi mencari pohon maja ke daerah Sindangkasih guna ramuan obat penyembuh bagi rakyatnya, sekaligus dalam rangka tugas menyebarkan agama Islam.
Pangeran Muhammad berangkat menuju Sindangkasih disertai isterinya bernama NYI SITI ARMILAH yang berasal dari Demak/Mataram yang diserahi pula tugas untuk membantu suaminya dan ikut menyebarkan agama Islam.
Nyi Rambutkasih sebagai ratu Sindangkasih yang “waspada permana tingal” telah mengetahui akan kedatangan utusan Sunan Gunung Jati itu.
Hatinya tidak ikhlas daerahnya diinjak oleh orang lain yang memeluk agama Islam. Konon kabarnya sebelum Pangeran Muhammad bertemu dengan Ratu Sindangkasih, hutan Sindangkasih yang asal mulanya penuh dengan pohon maja itu, telah “dicipta” berganti rupa, beralih menjadi raya yang sangat lebat tanpa sebatang pun masih tumbuh pohon maja yang berkhasiat itu.
Pangeran Muhammad beserta isterinya alangkah kecewa dan terkejutnya demi diketahuinya ketika tiba di Sindangkasih itu, pohon maja yang diperlukannya sudah tidak ada lagi. Maka pada saat itu dari Pangeran Muhammad keluarlah ucapan “Maja Langka” (bahasa jawa) artinya “Maja tidak ada”.
Dengan peristiwa itu, Pangeran Muhammad sangat perihatin dan berniat akan kembali ke Cirebon, sebelum maksudnya berhasil. Untuk itu Pangeran Muhammad pergi bertapa di kaki gunung sampai wafatnya, dan gunung itu kini bernama “Margatapa”.
Sebelum pergi bertapa, Pangeran Muhammad memberi amanat kepada isterinya (Nyi Siti Armilah), untuk terus berusaha menemukan pohon maja itu dan berusaha menaklukan Nyi Rambutkasih agar memeluk agama Islam.
Pada suatu ketika Nyi Siti Armilah, dapat bertemu dengan Nyi Rambutkasih, suatu pertemuan antara seorang pemeluk dan penyebar agama Islam dengan seorang pemeluk dan fanatik terhadap agama Hindu.
Nyi Rambutkasih tidak dapat menerima ajakan dan ajaran Nyi Siti Armilah untuk memeluk agama Islam. Nyi Siti Armilah berusaha keras untuk menginsafkan Nyi Rambutkasih sampai-sampai pada kalimat:
“Manusia itu pasti mati, kembali ke alam baqa, hidup di dunia ini ada batasnya”.
Nyi Rambutkasih dengan tegas membalas: “Aku seorang Ratu pelindung rakyat yang berkelakuan jujur dan baik, sebaliknya aku adalah Ratu yang tak pernah ragu-ragu untuk menghukum rakyatnya yang bertindak curang dan buruk. Dan karena itu aku tak akan mati dan tidak mau mati”.
“jika demikian halnya” jawaban Nyi Siti Armilah, “makhluk apakah gerangan namanya, yang tidak akan mati dan tidak mau mati ?”.
bersama dengan ucapan Nyi Siti Armilah ini, lenyaplah “diri (jasad) Nyi Rambutkasih Ratu Sindangkasih itu dari dunia fana ini tanpa meninggalkan bekas kuburannya (“ngahiang” Sunda).
Orang sekarang hanya mendapatkan beberapa “patilasan” bekas-bekas Nyi Rambutkasih semasa memerintah yang sampai sekarang masih dianggap “angker” seperti sumur “Sindangkasih”, sumur “Sunjaya”, sumur “Ciasih” dan batu-batu bekas bertapa yang terdapat dalam kota dan sekitarnya.
Nyi Siti Armilah selanjutnya terus menetap di Kerajaan Sindangkasih ini menyebarkan agama Islam sampai wafat dan jenzahnya dimakamkan dipinggir kali Citangkurak, dimana tumbuh pohon “BADORI” sesuai dengan amanatnya, dimana konon ditegaskan, bahwa dekat kuburannya itu dikemudian hari akan menjadi tempat tinggal Penguasa yang memerintah Majalengka, yang mengatur pemerintahan daerah maja yang langka itu.
Demikian makam Nyi Siti Armilah terletak dibelakang gedung Kabupaten Majalengka yang sekarang dan orang sering menamakan Embah Gendeng Badori.
Setelah peristiwa Nyi Rambutkasih “ngahiang” itu, maka banyak penyebar-penyebar agama Islam dari Daerah Cirebon dan Mataram datang ke daerah Kerajaan Sindangkasih yang telah berganti nama jadi Majalengka itu.

Yang terpenting diantaranya ialah: Embah Haji Salamodin, berasal dari Mataram yang diutus oleh Sunan Gunung Jati supaya menyebarkan agama Islam dan mendirikan Pesantren. Tempatnya di Babakanjawa dan dimakamkan di sini, Putera Sultan Agung, berasal dari Mataram salah seorang murid Sunan Gunung Jati yang mendapat gelar Dalem Panungtun/Panungtung, karena pada ketika itu berakhirlah riwayat Budha di Majalengka, dan karena beliaulah yang menuntunnya ke ajaran agama Islam. Dimakamkan di Girilawungan, Embah Wiranggalaksana, berasal dari Tubang dimakamkan di Samojaopat, Majalengka-kulon.

Ceritera “ngahiangnya” Nyi Rambutkasih ini demikian mendalamnya sehingga merupakan “legenda” bagi rakyat asli Majalengka, dan terhadap kesaktiannya seta “masih adanya” itu merupakan suatu mythos, suatu kepercayaan yang masih melekat dengan kuatnya.
Hal ini disebabkan karena sering terjadinya ada orang-orang yang “kawenehan” yaitu bertemu dengan mendadak tanpa diketahui lebih dahulu dari mana datangnya dan tidak mengenal sebelumnya dengan ujud seorang Wanita di malam hari yang menamakan dirinya Nyi Rambutkasih. Adakalanya orang-orang menjadi kesasar atau gila, atau sakit dan sebagainya. Yang menurut kepercayaan karena diganggu oleh roh Nyi Rambutkasih itu.
Dibalik itu, rakyat Majalengka mempunyai kepercayaan yang amat kuat, bahwa selama Nyi Rambutkasih “ngageugeuh” Majalengka, dan orang-orangnya tetap berlaku baik dan jujur maka Sindangkasih Sugih Mukti itu pasti akan teralami pula pada waktu-waktu yang mendatang. Kebalikannya jika tidak, maka Nyi Rambutkasih akan murka dan akan menimbulkan malapetaka. Wallohu, alam bisawab.

INGAT AKAN ASAL PERMULAN PENCEGAH PERANG SAUDARA
Menurut ceritera, pada waktu Kerajaan Galuh masih menganut agama Budha, konon putera Raja yang tertua telah masuk Islam dan menjadi murid Sunan Gunung Jati Cirebon. Putera Galuh itu menurut riwayat namanya SUNAN UNDUNG, telah diutus oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam ke jurusan barat daya.
Diantara tugas itu telah termasuk kewajiban mengajak adiknya dikerajaan Galuh yang masih saja memeluk agama Budha.
Kedua saudara yang masing-masing berlainan agama itu telah bertemu di suatu tempat yang agak tinggi menyerupai gunung yang terletak di daerah hutan Sindangkasih yang kini disebut orang GIRILAWUNGAN yang berarti gunung tempat bertemu dan berhadapan-hadapan.
Putera Galuh itu masing-masing mempertahankan keyakinan akan kebenaran agama yang dipeluknya, sehingga pertarungan yang bagaimanakah kenyataannya? Tengah kedua saudara itu bertengkar, maka tiba-tiba mereka akan ingat akan “purwadaksina” ingat kepada asal permulaannya, bahwa mereka itu kedua-duanya adalah saudara, dan ingat akan adanya hubungan bathin kekeluargaan dan keturunan yang menjadikan mereka. Setelah mereka berdua ingat akan hal itu, maka perang saudara yang akan meletus itu, tidak sampai terjadi, kedua-duanya kembali damai. Mereka sadar tak ada manfaatnya mempertengkarkan agama.
Sambil berpisah mereka mengeluarkan kata-kata media lengka artinya “ditengah-tengah eling kepada asal permulaan”.
Demikian “madia-lengka” berubah dibunyikan menjadi Majalengka.
Wallahualam.

“”LANGKAH” SITI ARMILAH
Pada saat Pangeran Muhammad beserta isterinya Nyi Siti Armilah melaksanakan amanat Sunan Gunung Jati untuk mencari pohon maja di kerajaan Sindangkasih dan mengajak Nyi Ratu Rambutkasih untuk memeluk agama Islam, maka sebagian orang menceriterakan asal mula terjadinya Majalengka itu agak berlainan.
Pangeran Muhammad dan Siti Armilah telah sampai di daerah Hutan Sindangkasih yang penuh dengan pohon maja. Tempat mereka mula-mula menemukan pohon itu terletak di suatu daerah pegunungan yang sekarang disebut maja (ibukota kecamatan Maja). Nyi Siti Armilah mendapat amanat suaminya untuk langsung menundukkan Nyi Ratu Rambutkasih yang bertahta di Sindangkasih agar berganti memeluk agama Islam.
Untuk memudahkan perjalanan menempuh hutan rimba itu, Nyi Siti Armilah diberi ayam jantan oleh suaminya. Konon ayam jantan itu namanya Si Jalak Harupat. Kemana ayam jantan itu pergi, harus diikuti jejaknya sampai nanti berkokok.
Kokok ayam tadi akan menandakan bahwa tempat yang akan dituju telah tercapai. Demikianlah si Jalak Harupat dilepaskan dan jejaknya diikuti dengan langkah-langkah Nyi Siti Armilah. Akhirnya si Jalak Harupat berkokok tepat di stuatu tempat yang dituju yaitu tempat yang sekarang menjadi kota Majalengka.
Pada saat itulah Siti Armilah menamakan tempat yag dituju bukan Sindangkasih tetapi “Maja alengka” sebagai peringatan baginya yang mula-mula dari “maja melangkahkan kakinya sampai ditempat yang ditujunya”. Wallahualam.

ANTARA “ADA DAN TIADA”
Ada pula ceritera orang yang meriwayatkan terjadinya Majalengka itu lain lagi. Pengaruh kekuasaan Sultan Agung Mataram ternyata meluas ke arah barat, maksudnya pulau Jawa sebelah barat. Tersebutlah seorang Sunan Jebug yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan Mataram ia tetap mempertahankan daerahnya (daerah Majalengka sekarang) bebas dari penguasaan Sultan Agung Mataram yang mengakibatkan timbulnya amarah Sultan. Sultan Agung Mataram segera mengirimkan 40 orang hulu balang merebut daerah Sunan Jebug melihat gelagat yang tidak enak ini Sunan Jebug bersepakat dengan senopatinya yang bernama Endang Capang untuk menghindari pertempuran dan pertumpahan darah.
Sebelum 40 orang hulu balang datang dari Mataram tiba di daerahnya, maka Sunan Jebug dan Endang Capang bersembunyi dan hanya meninggalkan patilasan saja. Begitulah ketika pasukan Hulubalang Mataram tiba di daerah ini maka tak seorang pun yang dapat menemukan dimana Sunan Jebug dan Senopati Endang Capang bersembunyi. Akhirnya seorang diantara hulubalang itu berseru: “Madia Langka”. Antara ada dan tiada. Dikatakan tiada memang tidak sampai ditemukan, dikatakan ada karena ada patilasan berkas-berkasnya. Demikianlah dari Madia Langka berubah menjadi Majalengka. Wallahualam.

NEGARA “TENGAH”
Pihak lain tidak mengutarakan asal mula terjadinya Majalengka. Tetapi hanya mengupas kata Majalengka setelah meninjau dari segi-segi tertentu. Rakyat pulau Jawa umumnya mengetahui bahwa dahulu kala orang menyebut “Buana Panca Tengah” yang dimaksudkan ialah Indonesia sekarang khususnya Pulau Jawa. Dihubungkannya dengan ceritera Ramayana dan Kerajaan Alengka yang diartikan “Negara”. Adapun “maja” diartikan “madia” bukan nama pohon tetapi “tengah”. Kenyataan “tengah” itu ditinjau dari segi-segi: Ilmu Bumi, letak daerah Majalengka ini di tengah-tengah antara pegunungan dan pedataran, Pemerintahan, terletak di tengah-tengah kekuasaan Islam (Cirebon/Mataram) dan Hindu/Budha (Galuh-Pajajaran), Ilmu Bangsa-Bangsa, rakyat daerah ini berada di tengah-tengah suku Jawa dan suku Sunda, Kebudayaan, Kebudayaannya sebagian pengaruh kebudayaan Jawa, lainnya kebudayaan Sunda.
Demikian katanya, Majalengka adalah “Negara Tengah”, dalam segala hal termasuk golongan “pertengahan”, tidak pernah menonjol dan meninggi luar biasa, dan sebaliknya pula belum pernah ketinggalan dan menurun sampai paling terbelakang. Dalam segala hal selalu “siger-tengah”.
Sesungguhnya masih terdapat beberapa buah lagi ceritera-ceritera yang meriwayatkan terjadinya Majalengka, demikian pula kupasan-kupasan mengenai tafsiran arti kata Majalengka dan nama-nama pendirinya pun berbeda-beda. Bolehlah mempercayainya, dan tiada larangan untuk menolaknya. Tetapi tiada perlu untuk dijadikan bahan pertengkaran, karena selama riwayat aslinya belum diketemukan dan diketahui umum, semua itu hanya sekedar pembantu sekedar panawar bagi mereka yang ingin mengetahui riwayat nama daerah tempat tumpah darahnya, sebelum memaklumi yang sebenarnya.
Dari ringkasan-ringkasan riwayat yang berbeda-beda itu dapat dikatakan bahwa, “Majalengka” adalah nama yang diwariskan nenek moyang sejak ratusan tahun yang lalu.
Suatu nama yang diberikan untuk menandai suatu daerah yang mengandung nilai-nilai lahir dan nilai-nilai bathin.
Begitu pula halnya dengan Sindangkasih yang mempunyai riwayat lebih luas daripada Majalengka, kedua macam nilai dan unsur lahir dan batin-pun dimilikinya.
Unsur lahir menunjukkan, sejak dulu kala, daerah ini memang masyhur akan kesuburan tanahnya dan kemakmuran rakyatnya.
Unsur batin menyatakan, bahwa nenek moyang pun adalah orang-orang yang memeluk agama menurut zamannya serta keyakinannya. Dalam mempertahankan keyakinan, ditempuhnya jalan yang bijaksana, menghindari perang saudara antara sesama ummat manusia.
Terletaklah tugas dan kewajiban di pundak para keturunannya untuk memelihara warisan nenek moyang ini dengan sebaik mungkin, agar supaya daerah ini dengan modal unsur lahir batin tadi dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat umumnya, sehingga dapat merasakan nikmatnya hidup bahagia dan sentosa dengan meratakan keadilan dan kemakmuran yang turun-temurun.

Sumber : Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Majalengka

Nasionalisme Indonesia Mencapai Puncak!
Kamis, 23 Desember 2010 | 15:51 WIB
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Rasa nasionalisme bangsa Indonesia tengah mencapai puncaknya. Sebanyak 92,1 persen publik Indonesia merasa bangga sebagai orang Indonesia. Nasionalisme ini pun diikutsertakan dengan kesediaan untuk turun berperang membela negara yang mencapai 63,1 persen. Begitulah hasil survei yang dilakukan oleh Lingkar Survei Indonesia (LSI).

"Ketika kami tanyakan seberapa banggakah ibu atau bapak menjadi orang Indonesia, ternyata 92,1 persen menjawab sangat atau cukup bangga, sementara yang kurang atau tidak bangga sama sekali sebanyak 4,2 persen. 3,7 persen tidak tahu," ungkap Peneliti LSI, Ardian Sopa, Kamis (23/12/2010), dalam jumpa pers di Pisa Kafe, Jakarta.

Jika dibandingkan dengan survei sebelumnya, lanjut Sopa, tingkat kebanggaan orang Indonesia relatif konstan, yakni di atas angka 90 persen dari bulan Maret 2005-Oktober 2010.

Dengan rasa nasionalisme tersebut bahkan masyarakat Indonesia mengaku sangat bersedia berperang untuk negaranya, yakni sebanyak 63,1 persen. Rasa nasionalisme Indonesia ini bahkan mengalahkan negara-negara lain di Asia Tenggara dalam keinginan untuk membela negara masing-masing, seperti Malaysia (79,3 persen), Filipina (87,4 persen), Singapura (86,6 persen), Vietnam (96,4 persen), dan Thailand (89,9 persen).

"Rasa nasionalisme ini pun yang akan semakin meningkat pada final Piala AFF nanti melawan Malaysia," ucapnya.

Namun, sayangnya, LSI tidak memiliki data mengenai hal-hal yang memengaruhi besarnya rasa nasionalisme Indonesia ini. Adapun penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010, dengan metode pengambilan sampel multistage random sampling pada 100 desa/kelurahan dengan total 1.000 responden.

Wawancara dilakukan dengan tatap muka dengan responden dan menggunakan kuesioner. Margin of error dalam penelitian ini sebesar 4 persen. Respons yang diambil pun tersebar dari berbagai kategori jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Dilihat dari jenis kelamin, sebanyak 50 persen responden adalah laki-laki dan 50 persen adalah perempuan.

Final AFF 2010 Merah Putih pun Robek di Kantor PSSI

Final AFF 2010
Merah Putih pun Robek di Kantor PSSI
Kamis, 23 Desember 2010 | 16:20 WIB
ADI DWIJAYADI
Bendera Indonesia yang dipasang di atas kantor PSSI robek, Kamis (23/12/2010).
TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com - Sehelai bendera Merah Putih yang dipasang di depan kantor PSSI, Kamis (23/12/2010) sekitar pukul 14.30 WIB robek tidak terlalu lebar. Diduga akibat embusan angin, robekan kain itu akhirnya melebar.

Hingga akhirnya pada pukul 15.45 WIB, beberapa petugas menarik bendera itu dan memasukkannya ke dalam kantor PSSI di areal komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Para calon penonton yang berdiri menggelar demo di depan Kantor PSSI pun berteriak mengutuk PSSI karena sobeknya Sang Merah Putih.

"Ini bukti PSSI tidak menghormati negara kita, Indonesia. Bendera saja tidak diperhatikan kondisinya," kata Sapta, salah seorang pengunjuk rasa yang mengaku menunggu di antrean tiket kategori I sejak pukul 09.30 WIB.

UJIAN NASIONAL Standardisasi UN 2010-2011

UJIAN NASIONAL
Standardisasi UN 2010-2011
Kamis, 23 Desember 2010 | 16:23 WIB
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Ilustrasi: Apa pun nama pengganti UN ke depan, kebijakan yang dibuat pemerintah (Kemendiknas) haruslah kebijakan yang benar-benar bermuara pada kecerdasan komprehensif peserta didik.

Oleh Mohammad Cahya

KOMPAS.com - Pada pengujung 2010 ini, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menegaskan tetap mempertahankan standardisasi ujian nasional (UN). Hal ini bisa kita lihat dari langkah Kemendiknas yang sedang melakukan pendataan peserta UN 2010-2011 di tiap-tiap provinsi di Indonesia.

Apabila kita runut ke belakang, awal penyelenggaraan UN oleh pemerintah (dulu Depdiknas) bertujuan mengetahui mutu pendidikan di Indonesia. Namun, dalam perjalanannya, pemerintah (Depdiknas kala itu), melalui, misalnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2006 yang salah satu isinya mengatur batas kelulusan minimal peserta didik 5,00, UN akhirnya berperan sebagai penentu kelulusan peserta didik di setiap satuan pendidikan yang melaksanakan UN.

Hal tersebut bertolak belakang dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 59 Ayat (1) yang berbunyi: ”Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.” Maka, tidak perlu heran jika timbul ketidaksetujuan dari pihak pendidik, peserta didik, termasuk orangtua peserta didik, dan LSM, terhadap kelulusan peserta didik yang ditentukan pemerintah.

Tidak hanya masyarakat yang tidak setuju dengan adanya aturan penentuan kelulusan tersebut. Pada Desember 2007, Komisi X DPR 2004-2009 turut memperjuangkan aspirasi ketidaksetujuan masyarakat terhadap sistem penyelenggaraan UN. Namun, suara DPR kalah dari suara pemerintah sehingga terselenggaralah UN di jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.

Dari empat kali penyelenggaraan UN (2007, 2008, 2009, dan 2010), semua pembiayaan ditanggung pemerintah. Bahkan, rambu-rambu bahan soal UN pun oleh pemerintah disosialisasikan dengan sangat gencar ke seluruh sekolah di Indonesia.

Namun, dari empat kali penyelenggaraan UN, didapat hasil fenomenal yang menimpa Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni tingkat kelulusan peserta didik selalu berada di posisi paling bawah. Hal ini tentu saja harus menjadi bahan renungan Kemendiknas untuk menemukan cara yang tepat bagi kebermutuan pendidikan, khususnya di provinsi-provinsi yang jauh dari pusat, termasuk NTT, dan umumnya di seluruh provinsi di Indonesia.

Selain itu, penyelenggaraan UN 2009-2010 tercatat juga berbeda dengan UN tahun-tahun sebelumnya, yakni ada pemberlakuan UN susulan bagi peserta didik yang belum lulus.

Dampak UN

Kalangan peserta didik, termasuk orangtua peserta didik, menyatakan tidak setuju dengan diberlakukannya aturan nilai yang diterapkan bagi peserta didik berkategori belum lulus. Aturan itu berbunyi: ”Nilai tertinggi akan diambil sebagai nilai yang tertera di surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) dan peserta didik yang ber- kategori belum lulus bisa memperbaiki nilai yang kurang dari 6,00 menjadi nilai yang baru.”

Berdasarkan aturan, nilai peserta didik yang berkategori lulus tidak tertutup kemungkinan bisa dikalahkan oleh nilai peserta didik yang berkategori (awalnya) belum lulus. Selain itu, kalangan pendidik yang mengajar kelas VII dan VIII juga merasakan adanya ketidakadilan pelaksanaan tugas mengajar (selama satu tahun) jika dibandingkan dengan pendidik yang mengajar kelas IX.

Mengapa demikian? Ini karena kalender pendidikan 2009-2010 memuat rentang waktu proses belajar-mengajar (PBM) kelas VII dan VIII selama satu tahun diawali dari 13 Juli sampai dengan 19 Juni. PBM kelas IX selama satu tahun diawali dari 13 Juli sampai dengan 27 Maret. Hal ini berarti, waktu pelaksanaan tugas mengajar (selama satu tahun) pendidik yang mengajar kelas VII dan kelas VIII sekitar 12 bulan.

Waktu pelaksanaan tugas mengajar (selama satu tahun) pendidik yang mengajar kelas IX sekitar 10 bulan. Pertanyaan yang timbul dari kenyataan di atas adalah apakah pendidik kelas IX, yang dua bulan kekurangan tugas mengajar, tidak digaji? Tentu saja tidak demikian alias digaji.

Solusi standardisasi UN

Adanya pernyataan ketidaksetujuan dan perasaan ketidakadilan (kecemburuan sosial), seperti dikemukakan di atas, menandakan bahwa penyelenggaraan UN 2009-2010 rentan terhadap dampak yang bersifat negatif. Bagaimana sikap kita agar dampak negatif dari UN hilang?

Tentu saja kita harus segera mengambil tiga sikap. Pertama, perimbangan tugas, yaitu adanya kesetaraan tugas antara Kemendiknas dan pendidik. Untuk itu, ujian terhadap peserta didik oleh pemerintah (Kemendiknas) silakan terus dilaksanakan asalkan penentuan kelulusannya ditentukan pendidik. Selanjutnya, Kemendiknas boleh menentukan kelulusan peserta didik dalam rangka penjaringan untuk masuk seleksi sekolah negeri.

Kedua, kebijakan efektif. Apa pun nama pengganti UN ke depan, yang jelas penulis berharap kebijakan yang dibuat pemerintah (Kemendiknas) adalah kebijakan yang benar-benar bermuara pada kecerdasan komprehensif peserta didik. Contohnya, kebijakan tentang kriteria kelulusan peserta didik yang di dalamnya memadukan penilaian akademis, penilaian karakter atau akhlak mulia, dan penilaian absensi peserta didik.

Ketiga, kalender pendidikan berkeadilan yang dibuat pemerintah (Kemendiknas) akan meminimalisasi kesenjangan rentang waktu antara PBM kelas VII dan VIII dan PBM kelas IX. Sebagai contoh, Kemendiknas membuat kalender pendidikan yang hari efektif belajar bagi peserta didik kelas VII, VIII, IX, X, XI, dan XII berjumlah sama.

Dengan adanya tiga sikap di atas, penulis yakin bahwa dunia pendidikan Indonesia di era Reformasi sekarang ini akan bangkit, sekaligus menampakkan wajah baru nan cantik dan menarik serta senantiasa diberkati Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap tiga sikap ini dapat menjadi poin-poin penting dari kebijakan yang diambil pemerintah (Kemendiknas).

Penulis adalah Anggota Asosiasi Guru Penulis PGRI Jawa Barat/Ketua SDM MGMP Bahasa Indonesia Bandung Timur

Kompas Cetak

Microsoft Siapkan Versi Windows untuk Tablet

Microsoft Siapkan Versi Windows untuk Tablet

Kamis, 23 Desember 2010 | 16:24 WIB
MICROSOFT
CEO Microsoft Steve Ballmer.

KOMPAS.com - Pameran tahunan Consumer Electronics Sow (CES) bulan depan di AS diperkirakan akan menjadi ajang perang tablet yang kini sedang populer. Microsoft pun dikabarkan bakal membuat kejutan dengan mengumumkan versi Windows terbaru yang khusus dirancang untuk perangkat tablet.

Rencana tersebut diungkap situs web Bloomberg dan Wall Street Journal, Rabu (22/12/2010) kemarin. Sistem operasi tersebut juga akan mendukung perangkat-perangkat yang bekerja dengan prosesor ARM. Sebelumnya, Microsoft sudah memiliki satu versi Windows yang bekerja di prosesor buatan ARM yakni Windows CE, namun software ini sudah lama sekali umurnya.

Generasi terbaru Windows CE yang dimaksud ada kemungkinan versi yang diberi nama Windows Embedded Compact 7. Pada Juni lalu, Microsoft sempat mengungkapkan bahwa peluncuran sistem operasi yang ditujukan untuk perangkat set top box dan slate (tablet) itu akan dilakukan awal 2011.

Microsoft belum menjawab mengenai spekulasi ini. Belum ada konfirmasi apakah, sistem opersi yang disiapkan untuk yablet adalah turunan Windows 7 atau benar-benar sistem operasi baru. Yang pasti, pada Juli 2010, Microsoft telah menandatangani lisensi dengan ARM. Bahkan, Microsoft diperkenankan mendesain chip berbasis ARM seperti chip A4 buatan Apple yang dirancang untuk iPad.

Platform chip buatan ARM memang dikenal irit energi sehingga ideal untuk perangkat genggam dan bergerak yang tergantung pada daya tahan baterai. Vendor smartphone dan tablet kini banyak yang menggunakannya termasuk Apple.

Sumber : PCWorld

Surat Terbuka buat Presiden SBY

Surat Terbuka buat Presiden SBY
Kamis, 23 Desember 2010 | 10:51 WIB
TRIBUN NEWS/DANY PERMANA
Timnas Indonesia berlatih di bawah arahan Alfred Riedl di lapangan PSSI, Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senin (20/12/2010). Indonesia akan melawan Malaysia pada 26 Desember 2010 di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur Malaysia.

Oleh Yesayas Oktovianus Sebagai anak bangsa, kegembiraan saya mungkin sama persis dengan apa yang Bapak Presiden rasakan dalam menikmati keberhasilan tim nasional sepak bola kita menembus final Piala Suzuki AFF. Sudah pasti tidak ada seorang pun masyarakat di Tanah Air yang tidak gembira dengan keberhasilan Firman Utina dan kawan-kawan melalap Malaysia, Laos, Thailand, dan Filipina di stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno.

Terlepas dari kesuksesan itu, mungkin kita perlu sedikit menengok ke belakang sekadar merenungi sekaligus mengoreksi lagi: Apa betul kita pantas tenggelam dalam euforia begitu dahsyat, dan mungkin berlebihan, meski tim kesayangan kita belum juara? Pertanyaan berikut: Bila pun juara, apakah kita pantas berpuas diri?

Sebagai salah satu wartawan senior yang berkecimpung dalam peliputan sepak bola selama lebih kurang 26 tahun, saya melihat kita ini bagaikan "bangsa yang baru melek sepak bola". Padahal, PSSI kita berdiri tahun 1930 dan sejak tahun 1952 telah menjadi anggota FIFA.

Dalam usia sangat matang itu, sepantasnya kita ini tidak lagi "bermain prestasi" di tingkat regional (ASEAN). Piala AFF dan SEA Games bukanlah ajang yang tepat untuk memperlihatkan prestasi sepak bola kita. Kita ini pantasnya ada di kelompok Asia dan dunia.

Saya coba sedikit bernostalgia. Tahun 1985, tim nasional kita yang ditangani Pelatih Sinyo Aliandoe dan diperkuat, antara lain, Herry Kiswanto, Rully Neere, Zulkarnaen Lubis, dan kiper Hermansyah, menjadi juara Sub-Grup IIIB Asia. Saat itu, tinggal selangkah lagi menembus Piala Dunia Meksiko 1986.

Sayang, langkah Herry Kiswanto dan kawan-kawan digagalkan oleh Korea Selatan, dengan kekalahan bagi kita, 0-2, di Seoul, dan 1-4 di Jakarta.

Dua puluh lima tahun kemudian, sepak bola kita masih jalan di tempat atau bahkan mengalami degradasi. Korsel sudah lebih dari sekali melaju ke putaran final Piala Dunia (PD). Pada PD Afsel, pertengahan tahun ini, Korsel menembus babak 16 besar. Hal itu berarti generasi Korsel di Afsel 2010 adalah generasi baru yang tidak terlibat dalam kekalahan tim nasional kita tahun 1985. Berarti dalam 25 tahun (1985-2010) sepak bola kita "tidur dalam mimpi kosong".

Kita punya SDM (baca: pemain) yang mumpuni serta masyarakat pencinta timnas dan sepak bola. Akan tetapi, kita tidak memiliki pengurus (PSSI) yang profesional, kapabel, jujur, bekerja transparan, dan loyal. Yang ada di PSSI hanya sekelompok orang yang "berdagang", memolitisasi sepak bola serta hanya beretorika, tetapi tidak sanggup berbuat sesuatu yang membanggakan sepak bola kita.

Perbaikan total

Saat ini, biarlah kita semua menikmati kegembiraan kesuksesan timnas. Namun, jangan sampai kegembiraan kita ini menutupi semua kegagalan PSSI dalam satu dekade terakhir. Bukan rahasia bahwa PSSI telah gagal dan harus ada perbaikan total.

Sebagai wartawan senior yang pernah terlibat dalam liputan di PSSI dalam empat kepengurusan (Kardono, Azwar Anas, Agum Gumelar, dan Nurdin Halid), saya memohon Bapak Presiden agar lebih terlibat langsung membenahi karut-marut yang terjadi di PSSI.

Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Malang, Jawa Timur, Maret 2010 yang diprakarsai oleh Bapak Presiden untuk menelurkan sebuah perubahan besar di sepak bola, ternyata TIDAK menghasilkan apa-apa! Sampai detik ini, PSSI pun tidak menjalankan kewajiban mereka dalam Tujuh Butir Rekomendasi KSN. Poin pertama rekomendasi, yaitu PSSI perlu segera melakukan reformasi dan restrukturisasi, tidak digubris.

Yang dilakukan PSSI seusai KSN Malang adalah meniup "angin surga" kepada semua komponen dan komunitas sepak bola nasional. Janji-janji manis yang berbuah racun terus diembuskan PSSI. Pengurus menjadikan PSSI sebagai "kerajaan kecil" milik mereka dan tidak boleh ada orang lain yang ikut campur, bahkan Presiden sekalipun. Bagi mereka, presidennya adalah Sepp Blatter.

Sebagai sebuah organisasi sepak bola nasional yang diakui pemerintah (karena itu yang diharuskan FIFA), PSSI tidak bisa berdiri bebas tanpa mengindahkan instruksi pemerintah. Untuk itu, dalam hal ini, pemerintah pantas mengoreksi PSSI.

Kembali ke soal Rekomendasi KSN Malang: Sudahkan PSSI mereformasi diri dan melakukan restrukturisasi? Kalau belum, dan mungkin tidak akan pernah, apakah ini bukan sebuah pembangkangan terhadap instruksi Presiden?

Dalam memutar kompetisi Liga Super Indonesia dan Divisi Utama, PSSI memakai dana pemerintah lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lewat klub. Sesuai semangat profesionalisme yang diusung FIFA, semua kompetisi profesional di setiap negara tidak boleh atau dilarang menggunakan dana pemerintah.

Oleh PSSI, kompetisi LSI dan Divisi Utama diperbolehkan memakai dana APBD dan sesuai Kemendagri, dana APBD hanya boleh digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan pembinaan sepak bola amatir. Namun, sejak tahun 2005, dana APBD dipakai klub profesional.

Untuk itu, sebagai anak bangsa yang prihatin, saya memohon Bapak Presiden segera menghentikan penggunaan dana APBD oleh 18 klub LSI ditambah 36 klub Divisi Utama. Dengan asumsi, setiap klub LSI mendapat Rp 20 miliar dan klub Divisi Utama Rp 10 miliar, berarti tiap tahun mereka menghabiskan Rp 720 miliar.

Padahal, kalau angka itu dialokasikan tepat sasaran untuk membangun infrastruktur serta pembinaan pemain usia muda, sudah pasti dalam periode lima sampai 10 tahun ke depan kita memiliki sejumlah stadion megah dan tidak terhitung berapa pemain berkualitas yang dapat diandalkan bagi timnas, tanpa perlu menaturalisasi.

Semoga tindak lanjut Bapak Presiden atas surat terbuka ini dapat menjadi setitik air sejuk dalam dahaga kemenangan dan keberhasilan timnas menatap masa depan.... Bravo Indonesia!

Sumber : Kompas Cetak

Olga Usir Richie Five Minutes Dari Panggung 'Dahsyat'

Olga Syahputra mengusir vokalis band Five Minutes, Richie dari atas panggung. Five minutes pun merasa kecewa karena telah dipermalukan Olga di depan jutaan orang. Awalnya penampilan Five Minutes di acara musik 'DahSyat' pada 30 Juni 2010 mengalami gangguan berkali-kali. Five Minutes bermain playback membawakan lagu 'Sumpah Mati' dalam acara live 'DahSyat' edisi ulang tahun Seputar Indonesia. Lagu baru diputar, ternyata audio di atas panggung mati tapi tidak dengan yang disiarkan. Aksi mereka pun dipotong dan diulangi.
Ketika tampil untuk kedua kalinya, di tengah acara tiga host 'DahSyat' yaitu Olga Syahputra, Astrid Tiar dan Raffi Ahmad naik ke pentas. Ricky pun merasa terganggu dengan aksi bercanda mereka di atas pentas. Sebelumnya mereka juga salah sebut nama band Five Minutes dengan The Titans. "Bercanda mereka di luar batas. Kita musisi bukan pelawak," ujar Ricky.
Tidak cukup sampai di situ, ketika kelar menyanyikan 'Sumpah Mati', Olga memanggil Richie, sang vokalis, untuk menyanyikan lagu 'Happy Birthday' kepada Sindo. Baru juga Richie membuka suara, Olga "mengusir" sang vokalis dari pentas. Richie pun turun panggung dengan wajah kesal. "Kita merasa dipermalukan sebagai anak band. Kita main musik. Itu udah keterlaluan. Awalnya tanggapan ini juga datang dari yang nonton, mereka memberi respon di Twitter juga Facebook," jelas Ricky.
Ricky membantah bermasalah dengan pihak RCTI selaku penayang acara. Five Minutes kesal dengan candaan Olga yang di luar batas menurut mereka. "Selesai acara itu kita emosi banget. Pengen nangis rasanya. Kita kecewa banget. Harusnya host itu bantu promo bukan untuk menjatuhkan," tutur Ricky. Untuk sementara, band yang telah mengantongi 8 album itu stop menerima tawaran pentas di 'DahSyat'. Hingga kini Five Minutes masih menunggu konfirmasi dari Olga.
Sementara itu Olga Syahputra saat ditemui wartawan pun meminta maaf pada Five Minutes. "Gue nggak ada maksud. Gue kalau bercanda suka kata-kataan. Gue nggak maksud jatuhin orang. Gue minta maaf," ujar Olga ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Selatan, Kamis (1/7/2010).
Olga pun meminta kepada pihak yang tidak tahu apa-apa agar tidak ikut berkomentar. Masalah ini sempat jadi pembahasan via Twitter dan banyak orang memberikan komentarnya. Menurut Olga apa yang terjadi dengan Five Minutes adalah ketidaksengajaan. Ia berharap agar masalah tersebut cepat selesai. "Dia (Five Minutes) biasanya baik, mungkin mereka sensitif lagi ada masalah. Mereka sering isi acara Olga, Olga juga mau ketemu sama mereka," tuturnya.
Sementara itu, pihak RCTI mengaku tidak mengetahui secara jelas perselisihan yang terjadi antara Five Minutes dan Olga. Ketika acara berlangsung, 30 Juni 2010, secara gambar tidak terlihat adanya gangguan berarti dari host 'DahSyat'. "Ada masalah apa dengan host kita nggak tahu malah. Nggak ada yang melenceng. Tim 'DahSyat' akan memanggil mereka, kita masih pelajari dulu. Karena kemarin di gambar itu clear. Si host tidak terlihat mengganggu mereka. Objek ada di vokalis," ujar Oke Jahja, produser 'DahSyat'.
sumber:detikhot.com
Berkreasi Dengan Music © 2008 Template by:
SkinCorner